Sejenak marilah kita merenung/berpikir salah satu ayat di dalam Kitab Alquran : “ Dan kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkannya” (QS. Al Mukminun ayat 18.). Sebagai muslim, belajar tentang ayat diatas salah satu solusi dan pelajaran untuk hidup dengan alam. Karena sesungguhnya banjir merupakan pola hubungan manusia dan alam.
Banjir Jakarta disebabkan beberapa faktor yang saling terkait dan komplek. Mungkin ilustrasi ini akan menjadi siap dan belajar untuk banjir yang akan datang.
1. Sampah
Salah satu penyebab banjir di Jakarta adalah sampah. Kebiasaan orang yang membuang sampah di sungai/saluran menyebabkan terjadinya penyumbatan. Jumlah luar biasa, pada pintu manggarai setiap harinya harus mengangkut ratusan ton sampah dari sungai. Sebagian besar sampah plastik (sterefom) dan sampah basah. Ini merupakan kebiasaan masyarakat kota membuang sampah khususnya masyarakat pada pemukiman padat, daerah pasar. Dari hasil penelusuran sebagian besar sampah dari mereka. Meskipun ada petugas yang mengurusi masalah sampah, namun jumlahnya belum bisa teratasi semua. Jadi permasalahan sampah di kota termasuk penyumbang terjadinya banjir yang ada di Jakarta. Tapi jangan salahkan sampah, sampah bisa jadi berkah tergantung tanggung jawab sosial masyarakat.
2. Sungai
Gambar. Salah satu pemandangan sungai di wilayah Jakarta dan sungai yang dipenuhi sampah dan limbah masyarakat.
Gambar sungai diatas merupakan potret sungai yang ada di Kota Jakarta. Sungai di Jakarta sudah mengalami perubahan fungsi yang dratis. Selain untuk mengalirkan kelebihan air, sungai-sungai yang ada di ibukota juga digunakan sebagai berikut ;
- Dari pengamatan dilapangan saluran pembuangan limbah rumah tangga, home industri sebagian besar disalurkan ke sungai-sungai di Jakarta. Jadi air sungai di Jakarta merupakan campuran dari beberapa zat kimia sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, lebih-lebih bagian hilir sungai karena disinilah akhir sungai berada. Nampak ketika musim kemarau sungai-sungai tersebut airnya berwarna hitam dengan bau yang sangat menyengat hidung. Orang-orang pun yang lewat di pinggir sungai akan menutup hidung. Dan pada waktu musim hujan, sungai-sungai berubah dengan penuh sesak sampah. Jumlah sampah yang hanyut bersama air sungai pada waktu banjir jumlahnya bisa berton-ton sampah. Anda bisa bayangkan seberapa besar jumlah sampah tersebut diangkut oleh truk-truk sampah.
- Dibagian hulu sungai contohnya, sepanjang sungai banyak masyarakat yang hidup dibantaran sungai yang tiap-tiap harinya menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari. Seperti mandi, cuci piring, baju, BAB dll. Ini bisa dilihat di bagian hulu sungai Ciliwung. Otomatis membuang sampah/limbah rumah tangga langsung ke sungai. Bisa dibayangkan jika di sepanjang sungai ada 1000 KK, berapa Kg sampah yang dibuang tiap harinya dikalikan musim lama musim kemarau 6 bulan. Inilah salah satu penyebab kerusakan sungai di Jakarta.
- Kondisi ini juga ditambah, banyaknya rumah-rumah yang dibangun di lokasi bantaran sungai sehingga mempersempit lebar sungai. Akibat tampungan debit sungai berkurang. Pada musim penghujan, inilah yang menyebabkan melubernya air sungai ke badan jalan dan menggenangi rumah penduduk. Kondisi ini makin lama semakin parah. Seiring dengan pertambahan penduduk Jakarta makin lama-makin banyak.
- Berbicara sungai, tak lepas dari kondisi hulu-hilir sungai. Banjir Jakarta tidak lepas dari kondisi lahan bagian hulu sungai-sungai yang mengalir ke Jakarta. Rusaknya tata guna lahan di daerah puncak, bogor sangatlah besar pengaruhya terhadap debit sungai yang mengalir ke Ibu Kota.
Jika kita melihat struktur bangunan rumah betawi jaman dulu, terlihat bangunan rumahnya panggung. Contohnya anda bisa lihat bangunan rumah tinggal pahlawan betawi yaitu rumah si pitung yang ada di margonda. Rumahnya berbentuk panggung. Filosofi rumah panggung yaitu lokasi wilayah tersebut merupakan daerah genangan air. Sehingga lantai rumah harus lebih tinggi dengan permukaan air. Selain itu, type rumah panggung pada bagian bawah lantai masih berupa tanah. Artinya nenek moyang kita dulu berpikiran lantai tanah bisa berfungsi untuk resapan air ketika musim hujan/banjir.
Gambar. Rumah panggung si pitung terletak di daerah Margonda
Pemukiman di Jakarta sekarang sangatlah jarang bahkan tidak ada menerapkan konsep bangunan rumah panggung. Para developer berlomba-lomba menjejali jakarta dengan bangunan yang besar-besar tanpa menerapkan resapan air hujan. Saya mengambil contoh type-type bangunan rumah yang banyak dibangun di Jakarta.
Gambar. salah satu contoh rumah, elevasi taman lebih tinggi dari jalan.
Gambar. Konsep Taman yang terlihat di atas juga tidak menerapkan sebagai daerah resapan air. Air hujan langsung mengalir ke jalan. Akibatnya ketika hujan lebat, pasti jalan akan tergenang air hujan.
4. Serapan air hujan/hutan beton
Di jakarta hampir sebagian besar tutupan lahan sudah tertutup beton. Ini akibat dari program betonisasi wilayah Jakarta tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan. Akibatnya air hujan tidak bisa meresap ke dalam tanah, namum mengalir ke saluran sungai. Semakin kecil air hujan yang meresap ke dalam tanah maka akan semakin besar debit sungai, inilah yang menyebabkan banjir. Inilah salah satu contoh betonisasi jalan yang ada di salah satu jalan di Jakarta.
Gambar. betonisasi jalan, tanpa mempertimbangkan aspek resapan air hujan.
5. Edukasi masyarakat
Edukasi masyarakat Kota Jakarta tentang bahaya banjir sangatlah kurang. Sebenarnya edukasi pencegahan banjir sangatlah diperlukan bagi bagi dunia pendidikan di Jakarta. Penanggulangan banjir tidak sepenuhnya didasarkan teknologinya saja namun aspek sosial kemasyarakat sangatlah penting. Saya yakin penanggulangan banjir di Jakarta tidak bisa setahun, dua tahun atau sepuluh tahun. Karena banjir di Jakarta sudah level kritis, hampir setiap tahun terjadi banjir. Maka pendidikan banjir seharusnya sudah diajarkan sejak dini bagi generasi kita. Karena mereka nanti akan menemui banjir seperti kita sekarang. Salah satu warisan berharga buat mereka nanti adalah dengan membiasakan / membudayakan hal-hal yang dapat mencegah/mengurangi banjir yang ada di Jakarta. Inilah yang mereka butuhkan, kelak mereka akan mengetahui bagaimana mana cara menanggulangi banjir di Jakarta seperti sekarang. Wallahu alam bi showab
Gambar. budayakan anak-anak kita untuk membuang sampah pada tempat samapah. Memang kelihatannya sepele dan ringan, namun penanggulangan banjir membutuhkan proses yang lama. Seperti mengubah kebiasaan masyarakat kota Jakarta yang seenaknya buang sampah sembarangan. Perlu sejak dini generasi kita, anak cucu kita membudayakan hidup bersih.
Salam perjuangan By Kang Munir
0 komentar:
Post a Comment